Langsung ke konten utama

FREEPORT


Komnas HAM: Freeport Sumber Masalah di Papua

Rabu, 16 November 2011 00:00 | Written by swip
Metrotvnews.com, Jakarta: Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) Ifdhal Kasim menyatakan, kehadiran PT Freeport Indonesia adalah sumber permasalahan ketegangan di Papua. Pemerintah tidak boleh tinggal diam.
"Kehadiran Freeport menjadi permasalahan dan ciptakan ketegangan masyarakat Papua dengan Freeport ini perlu mendapat perhatian karena tidak bisa dilepaskan ini hanya masalah hubungan kerja Freeport dengan para pekerjanya, yang terjadi bukan hanya masalah industrial," kata Ifdhal dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR di gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (16/11).
Komnas HAM ingin agar rumor pemberian uang saku sebesar US$14 juta kepada Polri dan TNI mengamankan lokasi Freeport dijelaskan. Sebab ada ketentuan perundangan industri bahwa pengamanan diperlukan, namun tak berarti perusahaan vital harus mendanai langsung.
"Tidak bisa dijelaskan penerimaan ini ada dasar hukumnya based Undang-Undang Kepolisian sumber keuangan kalau ada diluar PPN, maka statusnya harus jelas," ujar dia. Selain itu, selama Freeport ada di Indonesia, perusahaan Amerika itu cuma memberikan satu persen penghasilan kotornya kepada Indonesia. Tapi dana tersebut pun pertanggungjawabannya belum jelas.
"Dua hal ini yang harus menjadi perhatian kita. Solusi yang terbaik bukan hanya mempercepat pembangunan, tapi apa yang bisa menjawab martabat mereka sebagai sanksi untuk menyelesaikan pelanggaran HAM," kata dia.
Ia menambahkan, hingga kini komitmen pemerintah tidak jelas berkaitan ketidakadilan di tanah Cendrawasih. Apalagi pembentukan Pengadilan HAM dan Komisi Penegakan HAM di Papua menjadi perlu. Terlebih, jumlah pasukan polisi bertambah dari 200 menjadi 800-an orang di wilayah yang jumlah penduduk kecil. Padahal, penambahan pasukan akan berdampak eksesif dan berpotensi terjadinya pelanggaran HAM. Karena itu, dialog harus dilakukan.
Sementara itu, Wakil Ketua Komnas HAM, Ridha Saleh, membernarkan bahwa Freeport memang sumber masalah. "Saat pertemuan tokoh gereja, tokoh agama, pasti Freeport menjadi salah satu masalah yang mereka katakan Freeport mengambil banyak hasil Papua, tapi tidak ada apa-apa buat Papua," jelasnya.
Freeport, kata Ridha, sama sekali tidak mengakui adanya Otonomi Khusus di Papua. Urusan mereka sama sekali tidak memperhatikan masalah-masalah di luar ketenagakerjaan dan kontrak karya. "Freeport tidak mengakui otonomi khusus, mereka selalu beralasan ada kontrak karya dengan pemerintah pusat," kata Ridha.(Andhini)
Publish : Rabu, 16 Nopember 2011
Penulis : Andhini
Editor : -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayah dan putri nya ~ Soekarno dan Megawati

Prof. Dr. Tjipta Lesmana, M.A. dalam bukunya yang berjudul Dari Soekarno sampai SBY, beliau mengatakan bahwa Kepemimpinan tercermin dari komunikasi politik dan pengaruh yang ditimbulkan pada audience. Begitu pula, komunikasi politik para Presiden. Efektif atau tidaknya komunikasi mereka, langsung berdampak pada kepemimpinan dan citra diri mereka. Soekarno yang dikenal dengan  berani menghadapi tantangan dalam banyak hal, tegas dalam bersikap dan mengambil keputusan dan mempunyai kematangan dalam berpolitik. Namun, soekarno juga mempunyai amarah dan salah sebagaimana mesti nya seperti manusia lainnya. Ciri – ciri Beliau ketika marah yaitu seperti gebrak meja, menggedor – gedor kiri – kanan, nebghardik sasaran dengan suara yang keras. Selain itu dalam diri nya juga memiliki sifat menantang, memperingatkan seseorang akan hal yang penting, mengancam jika keberadaan nya genting, dan semua itu di komunikasikan lewat bahasa. Soekarno adalah salah satu tokoh utama dalam proses kemer...

Mario - How Do I Breathe

Mario - How Do I Breathe